edukasi E-LAHAB: IMS PINTU MASUK HIV
IMS PINTU MASUK HIV
Hubungan IMS dengan HIV adalah karena HIV termasuk penyakit menular seksual. Di mana pada sebagian besar kasus HIV di dunia, semuanya disebabkan oleh kegiatan seksual yang tidak sehat. Entah itu karena tidak menggunakan kondom sehingga terinfeksi dari pasangan, maupun karena alasan seksual lainnya.
Perilaku yang membuat orang berisiko terkena HIV juga meningkatkan risiko mereka untuk infeksi dengan PMS lain. Perilaku berisiko ini termasuk yang berikut:
- Melakukan seks anal, vaginal, atau oral tanpa kondom.
- Berhubungan seks dengan banyak mitra, terutama mitra anonim.
- Berhubungan seks saat menggunakan narkoba atau alkohol
- Menggunakan obat-obatan dan alkohol mempengaruhi otak, yang dapat menyebabkan keputusan yang buruk dan perilaku yang berisiko.
Memiliki IMS dapat mempermudah HIV karena IMS mempermudah virus HIV untuk memasuki tubuh.
fakta penularan IMS dan HIV dan AIDS mempunyai pola yang
sama.
Kesamaan pola tersebut terjadi karena secara korelasional, orang yang mengalami IMS mempunyai faktor resiko terinfeksi HIV lebih besar dibandingkan dengan yang
tidak mempunyai kasus IMS. Bahasa sederhananya, IMS adalah pintu masuk HIV dan AIDS.
Pada umumnya gejala IMS pada semua jenis penyakit ini mengalami perlukaan di alat genital manusia atau sekitarnya. Perlukaan ini merupakan pintu masuk (port d’ entry) bagi virus HIV dalam tubuh manusia melalui medium darah, sperma, dan cairan vagina.
Setiap transaksi hubungan seksual sesungguhnya proses mempertukarkan 3 (tiga) medium spesimen manusia tersebut. Jadi, jika salah satu pasangan seksual sudah memiliki HIV maka dengan sangat efektif, HIV tersebut mengalami kemudahan penularan.
Dengan demikian, pengobatan IMS adalah salah satu strategi pencegahan penularan HIV. Secara medis, infeksi ini mudah disembuhkan sepanjang pengidap secara rutin melakukan pemeriksaan dan pengobatan dibawah kontrol dokter umum atau spesialis. Tentu saja, selama menjalani pemeriksaan dan pengobatan, perilaku hubungan seksual ganti-ganti pasangan dihindari secara konsisten.
Kebiasaan mencari pengobatan yang berkembang di masyarakat muncul saat seseorang mengalami sakit atau gejala yang dapat diamati secara fisik.
Kebiasaan ini
turut berkontribusi terhadap tingginya resiko HIV bagi pengidap IMS karena dalam banyak kasus IMS terjadi tanpa gejala (a symptomatic).
Pemeriksaan dini adalah pilihan bijaksana bagi seseorang yang telah mengidentifikasi dirinya pernah melakukan hubungan seksual beresiko.
Kebiasaan masyarakat lainnya adalah mengobati sendiri IMS yang sudah diderita berdasarkan pengalaman dan pengetahuan awam yang dimiliki.
Metode ini sangat berbahaya karena gejala IMS relatif sama, namun diagnostik infeksinya belum tentu sama. Ini berarti bahwa obat yang diminum belum tentu memiliki keampuhan dalam menyembuhkan, bahkan bisa terjadi efek samping yang lebih parah lagi.
Mengobati sendiri merupakan konsekuensi perilaku yang lahir dari konstruksi budaya malu yang dipraktekkan oleh pengidap IMS.
Jadi bagi siapa saja yang merasa pernah menerapkan perilaku beresiko, sekarang saat yang tepat untuk segera memeriksakan dirinya karena pemeriksaan segera memiliki
probabilitas tinggi terhindar dari virus HIV.
Ingat, sekali HIV bersarang dalam tubuh anda, cara mati pelan-pelan disertai penderitaan berkepanjangan pasti anda hadapi.